Selasa, 31 Januari 2017

Bahan Renungan #mapalabukanpembunuh



#mapalabukanpembunuh
Di media sosial saat ini tentunya telah banyak ditemui hastag / taggar demikian #mapalabukanpembunuh. Apa sih yang ada di benak Anda saat melihat taggar tersebut ? Tentunya ada yang merengut, marah-marah namun pula ada banyak yang ngotot memberikan pembelaan terhadap taggar tersebut.
Pelbagai permasalahan pendidikan dasar kemapalaan yang tengah terjadi maupun kegiatan alam lainnya yang tengah terjadi di tengah-tengah masyarakat, dewasa ini menjadi sorotan utama dan bahkan hobi menjadi headline dalam berita-berita, entah media cetak, elektronik, maupun media cyber. Setiap kejadian yang menyangkut hal ke-mapala-an akan menjadi hot story, dan menjadi berita nasional. Hal ini siapa yang menciptakan ? media. Awalnya banyaknya orang-orang berbondong-bondong naik gunung untuk pamer di media sosial. Kemudian banyak yang tertarik untuk bergabung didalamnya, entah organsasi yang legal maupun hanyak komunitas yang tanpa legalitas bahkan ada yang menjadi solo climber  mandiri dan tanpa legalitas apapun, tanpa organisasi yang menaunginya. Nah, ketika nahas terjadi yang menjadi tranding topic  tentunya yang menjadi sorotan bukan personalitynya. Namun lebih ke organisasi yang sering melakukan kegiatan tersebut. Mapala. Para audiens berita tidak mau tau siapa dan latar belakang korban. Yang audiens tau kegiatan penuh tantangan itu dilakukan oleh mapala. Media sendiri sebagai agen kontruksi sering sekali luput terhadap kedetailan berita, sering terlupakan hal-hal kecil yang sebenarnya justru memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan opini public yang anonim dan merugikan salah satu pihak lainnya.
Audiens yang berkarakter heterogen ini akan menciptakan opini public baru terhadap sebuah kejadian tanpa melihat apa dan siapa yang sebenarnya terjadi. Opini yang mereka buat tidak serta merta berdasarkan pengetahuan yang mumpuni terhadap hal sebenarnya, yang mereka tahu adalah berita yang mereka dapatkan adalah kebenaran mutlak dan tanpa pertanyaan kritis mereka mengamini.
Saya menulis artikel ini di tengah-tengah saya menjadi sosok minoritas di tengah-tengah masyarakat awam. Di saat semua orang mengecam bahwa pendidikan dasar mapala adalah sebuah media untuk melakukan hal sewenang-wenang tanpa aturan dan penuh dengan kekerasan. Awalnya dengan sabar saya menjelaskan bahwa semua itu tidak benar, bahwa ini adalah organisasi yang terstruktur dan adanya pantauan serta pengawasan pula. Jikalau ada kegiatan yang menyimpang dan sampai menewaskan anggota seharusnya itu terjadi karena kecelakaan bukan karena kekerasan atau kasus pembunuhan. Namun pada kenyataannya ada kasus memalukan itu terjadi, namun apakah pantas jika kesalahan itu adalah organisasinya ? Saya dengan lantang menyuarakan bahwa itu adalah oknum. Namun entah seperti apa dengan alasan menurut saya tidak masuk akal banyak yang ngeyel bahwa itu semua terencana untuk melakukan pembunuhan dan melibatkan semua panitia pendidikan. Saya berfikir :
1.    Jika ada 15 panitia dalam sebuah pendidikan apakah ke 15 orang tersebut akan setuju untuk melakukan perbuatan sekeji itu ?
2.    Untuk melakukan kegiatan di sebuah organisasi kampus itu tidak hanya melibatkan panitia yang notabene masih mahasiswa saja, namun juga melibatkan dosen pembimbing, dosen akademik bahkan sampai ke rektor, sehingga pertanggungjawabannya adalah jelas. Bagaimana bias panitia 15 merencanakan pembunuhan padahal legalitas kegiatan itu berbadan hukum yang jelas. Jika terjadi penyimpangan resikonya sudah sangat jelas. Berbeda dengan pendaki freelance yang tanpa organisasi legal, jika terjadi hal serupa badan hukumnya tidak memiliki legalitas, dan justru akan lebih mudah melakukan hal-hal yang melanggar hokum karena pertanggungjawabannya tidak harus melibatkan banyak lembaga yang membuat masalah menjadi semakin rumit.
3.    Jika ingin membunuh mereka tidak perlu melakukan ini yang sudah sangat jelas memberikan dampak negative sangat luas untuk dirinya.
4.    Dari 15 panitia penanggung jawab panitia tentunya adalah ketua umum. Untuk menjadi ketua umum itu tidak mudah, perlu proses yang alot juga saat pemilihan, selain jiwa kepemimpinan harus dimiliki, juga harus memiliki otak cerdas sehingga cekatan dalam mengambil keputusan. Bagaimanapun pemimpin harus memiliki itu.
 Untuk membuat kegiatan Pendidikan Dasar kemapalaan persiapannya tidak hanya 1 atau 2 atau bahkan seminggu. Namun kegiatan ini rata-rata dipersiapkan sejak 3 bulan sebelumnya, karena menyadari kegiatan ini adalah berhubungan dengan nyawa seseorang sehingga panitia perlu memastikan semuanya berjalan lancar dan aman. Apalagi kondisi alam tidak bisa diprediksi. Segala bentuk perizinan dibuat dari jajaran internal organiasi kemudian ke kampus, ke lokasi kegiatan yang semua itu tetap harus prosedural dan proses diplomasi yang tidak mudah ke pemerintahan apalagi jika kegiatannya lintas propinsi, monggo difikirkan sendiri. Segala bentuk persiapan yang melibatkan peserta juga dipersiapkan, terutama fisik dan mental peserta. Karena pendidikan dasar kemapalaan lebih cenderung ke penguatan fisik dan mental, sehingga pendidikannya berbau semi prajurit Negara. Namun ada aturan besar yang menjadi larangan bagi organisasi yang umurnya mencapai 53 tahun berdiri ini, yakni larangan terjadinya kontak fisik kepada peserta seperti pemukulan, tendangan atau apapun yang berbau kekerasan. Maka jika ada yang berbuat demikian artinya itu bukan organisasi yang salah. Namun oknum bodoh yang tidak mengikuti aturan.
Begitu pula kepada anggota mapala yang masih berfikir bahwa pendidikan dasar di mapala adalah ajang untuk berkongkow ataupun ajang untuk terlihat keren kepada junior. Saya dengan ikhlas mengatakan WTF you’re!!!!!!! sepertinya hidup Anda tidak bahagia, bukan lagi kurang bahagia tapi TIDAK BAHAGIA SAMA SEKALI. Ketika Anda telah beranjak menjadi senior di sebuah organisasi maka tanggungjawab Anda semakin besar terhadap pendidikan adik-adik junior Anda tentang keorganisasian, mental, dan bahkan masa depan yang lebih baik untuk mereka. Para pemuda yang memutuskan memilih menjadi mahasiswa bukan tanpa tujuan, mereka bertujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan tentunya itu menjadi cita-cita bersama dengan keluarga yang memberinya biaya ataupun yang mendukungnya. Namun, ketika Anda mematikan karakter mereka dengan sikap angkuh kesenioritasan Anda sepertinya Anda adalah anggota mapala yang gagal. Anda perlu membaca sejarah berdirinya organisasi mapala Indonesia yang didirikan oleh Bapak Soe Hok Gie kurang lebih 53 tahun silam. Saya pun curiga apakah Anda telah membaca buku karangan Soe Hok Gie atau belum, atau bahkan lebih ironis lagi, Anda tidak tahu siapa Soe Hok Gie ? Di sisi lain, organisasi MAPALA ( MAHASISWA PECINTA ALAM) sudah sangat jelas kita memiliki tanggung jawab besar terhadap alam ini. Tentang kelestariannya dan juga kesinambungan kehidupannya. Namun jika Anda sibuk memikirkan tentang keangkuhan senioritas, kapan Anda berfikir tentang ini, tentang tanggungjawab utama kita sebagai anggota Mapala.

Jumat, 18 Desember 2015

Maulid Nabi Muhammad SAW



             
Ilustrasi - Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad
                                
Maulid Nabi Muhammad Saw, adalah hari dimana Rasul Allah telah lahir di muka bumi. Bagi ummat Islam ini adalah salah satu hari besar yang selalu diselebrasikan. Memang tidak seheboh hari besar ‘idul Fitri atau ‘idul Adha pada setiap tahunnya. Namun dalam acara ini di beberapa tempat juga tidak kalah heboh lho. Sebagai wujud syukur terhadap Allah atas lahirnya rasulullah, berbagai acara dengan variatif dana akan dihelat sebagai wujud syukur. Sekaligus sebagai pengamalan prinsip orang jawa “mikul duwur mendhem jero” ( Angkat ke atas menanam ke dalam ) yang artinya kurang lebih mengangkat tinggi-tinggi (membanggakan) dan menanam dalam-dalam (merahasiakan) sedalam-dalamnya untuk hal-hal negative. Biasanya prinsip ini dimanfaatkan orang jawa dalam menjaga martabat keluarga. Begitupula yang dilaksanakan masyarakat jawa yang memang mayoritas penduduknya adalah ummat muslim dalam menyambut kegiatan mauled nabi.
Di kampung saya dan sekitarnya, selebrasi mauled nabi diadakan dengan sangat sederhana. Dimana masyarakat setiap KK akan memasak dengan masakan terbaiknya. Dan kemudian masakan tersebut akan dikumpulkan di rumah Pak RT dan akan dimakan bersama dengan cara membagi-bagi setiap masakan ke seluruh penghuni RT tersebut. Jadi setiap KK akan mendapatkan berbagai hasil karya tangan yang berbeda. Selebihnya makanan yang tidak termakan di lokasi akan dibawa pulang, dan bisa dinikmati oleh kaluarga. Tidak jauh beda dengan perayaan di kota. Mereka mengumpulkan dana untuk iuran mengadakan pengajian bersama yang dipanitiai oleh pengurus masjid.
Bebeda pula dengan kecamatan Pacet Kota Mojokerto. Masyarakatnya akan memasak lebih banyak dihari yang berbeda-beda. Dimana setiap Kepala Keluarga akan diberi tugas memasak sejumlah KK RT tersebut dan membagikan ke setiap rumahnya. Hal tersebut berlangsung selama bulan Rabi’ul awal dan akan berpuncak di hari kelahiran Rasulullah di tanggal 12 nya dengan kegiatan pengajian. Semua masyarakat akan berpesta selama itu. Aneka ragam masakan jawa dan kue-kue akan dibuat dan dibagikan secara merata ke setiap warga. Sebagai warga yang tinggal di daerah pedesaan, masyarakat disana tradisi gotong royong juga masih sangat kental. Sehingga ummat non muslim yang menjadi minoritaspun ikut serta merayakan hari tersebut dengan mengikuti tradisi masyarakat setempat.
Begitu juga yang lebih ramai adalah Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Disana mayoritas masyarakat selain bekerja sebagai petani, sebagian besar lainnya adalah pekerja kasar di pembangunan infrastruktur eksplorasi minyak Exxon Mobil. Masyarakat disana membuat kegiatan pengajian dengan menghadirkan kiyai terkenal untuk memberikan ceramah. Masyarakat akan berlomba membuat kegiatan semeriah mungkin per desa. Setiap Kepala Keluarga akan diberi tugas untuk membuat masakan dan jajanan yang kemudian dikemas dalam 10 tas belanja dengan isi sama. Jenis tas belanjanya biasanya akan dibagi menjadi 3 – 4 jenis yang berbeda. Hal tersebut tergantung dengan kondisi keuangan keluaga. Biasaya jika hari sudah medekati hari H Maulud Nabi, para perempuan akan berbelanja kebutuhan mencapai 2jt rupiah per Kepala Keluarga type A, dan 1,5jt type B, 1jt type C dan terus kebawah. Sedangkan para pemuda dan bapak-bapak akan sibuk dengan persiapan pengajian.
Masyarakat yang diundang ke acara pengajian tidak hanya masyarakat setempat saja, namun setiap Kepala Keluarga akan menyerahkan nama-nama kerabatnya yang bertempat tinggal di luar desa penyelenggara ke panitia untuk mendapatkan undangan pegajian. dengan demikian akan ada banyak kerabat yang datang ke pengajian di desa tersebut yang akan memeriahkan acaranya. Sehingga makanan-makanan yang telah dibuat akan terbagi secara merata ke masyarakat lebih luas lagi. Saya sangat merasa terkesan dengan semangat mereka dalam bergotong royong tersebut. Memellihara tradisi dan juga menjunjung tinggi rasul mereka. Pernah saya iseng bertanya kepada salah satu warga. Saya melihatnya, beliau adalah seorang janda muda dengan 2 orang anak yang masih sekolah. Saya berfikir betapa kesulitannya beliau menghadapi kondisi tersebut. Namun luar biasa yang beliau tuturkan. Beliau sangat percaya bahwa apa yang dilakukan itu sangat luar biasa buat rasulullah bahkan tidak sebanding dengan perjuanganya. Tidak ada rasa keberatan atau menganggapnya sebagai beban hidupnya. Bahkan beliau merasa rizki selalu datang dengan mudah saat beliau sering berbagi. Dan menurut pengamatan sependek pengalaman perjalanan saya, di kota inilah kegiatan Maulid nabi yang paling meriah.
Berbeda pula dengan masyarakat yang lebih modern. Katakanlah di kota besar seperti Yogyakarta dan Solo. Dimana sudah ada banyak masyarakat madani dengan pemikiran yang lebih kritis terhadap kegiatannya. Biasanya mereka adalah para pelaku Islam taat sesuai dengan ajaran kitab dan sunnahnya. Mereka akan mengadakan kegiatan mauled nabi dengan sangat sederhana dan cukup memperbanyak sholawat untuk mensyukuri kelahiran nabi SAW.
Saya sendiri tidak menutup mata tentang fenomena agama Islam ini. Apalagi melihat sejarah Islam masuk di Indonesia tidaklah mudah. Banyak hal yang ditempuh termasuk penetrasi budaya ke agama. Karena masyarakat Indonesia dahulunya mayoritas penganut agama Hindu dan Budha jadi tidak heran banyak ditemui tradisinya yang dibawa ke pelaksanaan ibadah di Islam. Namun, hal tersebut tidak hanya pada Islam saja, namun juga ke agama Kristen yang merupakan agama ke dua terbesar penganutnya setelah Islam.
Di pulau jawa sendiri yang sebenarnya tidak terlalu luas daerahnya, hanya sekitar 126.700 km2 memiliki keanakaramagaman budaya yang sama tapi beda, bahasa yang sama tapi beda dialeknya, tradisi yang sama tapi beda caranya dan lain sebaginya. Dan ini yang semakin membuat saya bangga dan terus berharap bisa terus berkeliling Negeri ini meski dengan gaya kura-kura saya.
Demikian salam kura-kura! J


Selasa, 15 Desember 2015

Tuban

My first impression for Tuban


Lokasi pegunungan kapur yang sangat gersang. Namun begitu saya masih juga menemui beberapa hutan yang lumayan luas dan juga rindang. Penambangan kapur yang saya tidak ketahui hukum penambangannya legal atau ilegal terjadi dimana-mana. Padasan putih itu terlihat menjulang indah tapi sayangnya mulai 'kroak" karena penambangan.
Para ibu-ibu terlihat lalu lalang di sepanjang jalan, aku tengoki jam telah menunjuk pada 04.00 PM. Dengan 'pakaian dinas harian' berikut dengan caping yang melekat di kepala, saya menebak-nebak tentunya mereka baru pulang berjuang membantu perekonomian keluarga suami-suami mereka. Betapa ikhlas dan giatnya mereka melakukan itu. Melihat kelelahan di wajah dan juga "pdh" yang dikenakan saya mulai menebak lagi, mungkin mereka bekerja menjadi buruh di sektor pertanian ataupun mereka telah bekerja di pertambangan kapur tersebut. Saya rasai keduanya ada benarnya. Sebagian di sektor pertanian, sebagaian di penambangan kapur.
Beberapa kali saya lalui beberapa bangunan seperti pabrik yang mengelola kapur tersbut berdiri dengan sederhana di pinggir jalan. Sebagaian lain, banyak sekali truk-truk lalu lalang yang mengangkut kapur-kapur tersebut. Untuk jalan pedesaan di daerah sepanjang Desa. Plumpang, Kecamatan Plumpang sampai ke Ds. Cindoro Kec. Palang Tuban, tidak bisa disebut sebagai pedesaan biasa. Namun pada kenyataannya mereka tetap menjadi desa yang masih tertinggal, meski kapur menjadi salah satu kekayaan besar yang mereka miliki.
Tidak cukup demikian, saya pun telah sedikit mendapat informasi bahwa daerah tersebut juga memiliki kekayaan minyak yang belum terjamah oleh investor Luar. Dilain sisi Tuban juga memiliki pantai laut utara yang indah. Ini yang tentunya akan menjadi PR saya untuk mengeksplorasinya.
Sekilas kesan saya tentang Tuban, sayangnya baru sekali dan hanya beberapa menit saja, begitu saya hanya mengenal jalannya. Sisi lain, Maghrib mulai saya tinggalkan Tuban, dan saya tahu kenapa saya rasakan adem saat masuk ke wilayah mereka, Masjid-masjid mereka terbangun dengan sangat Indah meski rumah-rumah mereka belum demikian, dan lebih dari pada itu, jama'ahnya sangat memuaskan meski ini bukanlah Ramadhan yang biasanya menjadi euforia masjid selalu penuh dengan jama'ah.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Siapkan Dirimu Jauh Hari


Setelah melewati berbagai rintangan hidup yang berliku, #tsaaaah pada akhirnya saya mendapatan kesempatan lagi untuk berkunjung untuk sekedar melepas penat maupun menyambut sang mentari pagi. Sok puitis dah kalau yang satu ini.

Jadi ceritanya setelah saya memindahkan diri dari Kabupaten Bojonegoro ke Ibu Kota Jawa Timur, saya berkesempatan lagi untuk melakukan perjalanan ke barat. Untuk ini saya tidak seperti Sun Go Khong dan gurunya untuk mengambil kitab suci. Tapi keberengakatan saya kearah barat yakni Magelang untuk melaksanakan kewajiban menghadiri undangan pernikahan seorang sahabat sekaligus senior yang memang kedudukannya sudah seperti kakak kandung saya sendiri. Hal ini saya sambut dengan riang gembira karena pertama pastinya saya akan bertemu dengan orang terdekat saya saat ini kedua saya bisa merajuk kepadanya untuk dibawa ke tempat-tempat baru yang saya belum pernah kesana. Kalau kata teman sih, datang ke undangan hanya sebagai alasan saja biar bisa jalan-jalan berdua tanpa ada yang mengganggu. Oke, untuk ini saya akui iya. #piss

Jadi hari itu Sabtu 26 September 2015, pukul 16.00 WIB kurang lebih, saya mendapatkan telpon dari nomor yang tidak dikenal tapi saya tahu nomor siapa nomor tersebut. Dengan wajah yang sumringah dalam benak saya, dia mengundang saya untuk hadir di acara ijab qobul untuk menjaga pacarannya. Dalam artian save the date dengan ijab qobul. Mendadak sekali! Itu kalimat pertama yang langsung terlontar dari mulut saya yang memang ceplas ceplos. Dijawab dengan entengnya “Kalau niat pasti bisalah!”  Setelah menggali informasi waktu, tempat, serta akomodasi akhirnya terputuskanlah.

pernikahan di Magelang
Karena ijab qabul dimulai pukul 08.00 WIB keesokan harinya, jadi sore itu juga tanpa mandi saya packing dan cuss ke Solo. Saya memilih Solo karena setelah berkoordinasi dengan teman-teman pengantar pengantin dari Ponorogo, sepertinya akomodasi kurang kondusif, juga Mas Pacar sedang tidak sibuk, jadi sekali mendayung dua, tiga pulau terlampaui.


Perhitungan saya, saya akan mengendarai bis dari Surabaya jurusan Yogyakarta jam 19.00 WIB dan akan sampai di Solo sekitar pukul 01.00 WIB. Perhitungan kemacetan weekend. Mengingat hari itu adalah malam minggu, sehingga akan berbarengan dengan banyak pekerja dari luar kota Surabaya. Dengan estimasi tersebut, saya akan punya sekitar 3 jam istirahat sebelum perjalanan saya lanjutkan menggunakan motor bebek milik Arif. Unfortunately, Man proposes but God disposes itu bukan hanya isapan jempol belaka. Sampai kota Jombang jalanan macet total hingga 3 jam. Hal ini disebabkan karena adanya tawuran remaja sepulang nonton konser salah satu band rock nasional di Kabupaten Kertosono. Dan akhirnya pukul 04.00 WIB dini hari saya baru sampai di Solo. Merasa hak istirahat tubuhnya terampas, saya tidak mau mengambil resiko dengan langsung berangkat ke Magelang. Saya langsung tidur di penginapan gratis ( menumpang ) dan kemudian perjalanan saya lanjutkan jam 09.00 WIB. Daaaan terlambat. Jam 12.00 WIB saya baru sampai lokasi, dimana acara dimulai jam 11.00 WIB

Welcome Magelang !
Sebagai pejalan kita butuh fisik yang kuat dan sehat kawan. ( sebutan ini sebenarnya terlalu berlebihan untuk saya, namun untuk mempermudah menyebut saja izinkan saya menggunakannya yak..! )  Sejak kepindahan saya dari Bojonegoro ke Surabaya, saya hanya melakukan beberapa kali jogging saja, sehingga saya merasa tubuh saya lemah dan tidak selincah pada masa masih kuliah. Disisi lain, faktor umur sangat berpengaruh terhadap kelincahan kita dalam mobilitas. Jadi olahraga dan pola makan harus tetap dijaga keseimbangannya. Untuk situasi yang sangat mendadak seperti demikian, sebagai pejalan harus memperhatikan beberapa hal. Diantaranya packing barang yang dibawa, waktu dan uang. Dalam perjalanan ini estimasi waktu saya adalah kurang dari 48 jam. tapi saya menyiapkan pakaian untuk 2 hari. Mengingat saya sama Arif sama-sama doyan jalan. Kedua estimasi waktu seperti yang saya jelaskan. Ketiga adalah uang. Untuk perjalanan yang pada akhirnya terjadi sampai 2 hari 3 malam tersebut saya sama Arif menghabiskan dana sebesar Rp 273.000;. Surabaya – Solo – Magelang – Yogyakarta – Klaten – Solo – Surabaya. Rincian anggaran ada di bawah.
 
Pada dasarnya dalam perjalanan yang diniati dengan harga yang murah meriah, harus siap dengan segala kondisi dan ini saya juga sering membaca di buku-buku travelling. Dimana kita membeli dengan harga murah jangan berharap suatu kenyamanan yang berlebih. Inilah bedanya koper dan backpaker. Sebagai backpaker kita kudu siap dengan segala kondisi. Meskipun kita harus mencari penginapan gratis atau malah kalau perlu makanan gratis juga. Itu yang sering saya dan teman-teman lakukan. Kami tidak jarang menginap di pom bensin, masjid, stasiun atau bahkan kantor polisi. Namun demikian sebagai perempuan jangan melupakan faktor keamanannya. Jika Anda berjalan sendiri tanpa ada teman terutama teman cowok, saya tidak menyarankan Anda untuk menginap di tempat-tempat umum. So, just be enjoy in your travelling event it's backpack. Good Luck! 

Rincian Pengeluaran :
Sub – Solo ( PP )Rp 84.000; 
Penginapan Gratis, 
Bensin dari Solo - Magelang Rp 20.000; 
Makan siang Gratis, 
Makan malam Rp 16.000; 
Penginapan Gratis
Camilan Rp 30.000;
Sarapan Yogya Rp 15.000 ;
Makan siang Rp 16.000;
Pemandian Umbul Cokro + parkirRp 17.000;
Makan malam Gratis
Oleh-olehRp 45.000;
Parkir motor di terminal Purabaya Rp 30.000;

Sabtu, 05 September 2015

Cobalah Nongkrong sama Masyarakat Bawah


Hasil ngobrol sama masyarakat, dapat kabar bahwa Om Don ada di Ranupanee.
Om Don atau Don Hasman adalah salah satu fotografer jalanan senior di Indonesia.
Sekaligus penulis buku tentang Badui yang bukunya diterbitkan terbatas dan tidak untuk dijual di Indonesia.
Jika Anda ingin jalan-jalan dengan ala JJMI, silakan mulai belajar. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa tidak semua orang akan mau melakukan perjalanan gila ini. Hanya mereka yang terpilih dan bermental yang bisa melakukan perjalanan seperti ini. Secara fisik perjalanan ini membutuhkan tenaga yang luar biasa. Dia akan lebih capek karena minimnya fasilitas. Dia juga akan lebih tertekan karena minimnya fasilitas tersebut. Jika kita memiliki uang lebih, begitu sampai di destinasi kita bisa langsung check in hotel, dan selanjutnya menikmati perjalanan kita. Segala urusan bisa kita serahkan pada pihak-pihak pembisnis dengan uang kita. Berbeda jika jalan dengan ala JJMI, kita kudu berfikir keras bagaimana bisa istirahat dengan nyaman dengan minim uang atau bahkan gratis. Belum lagi tas ransel segede gaban dengan isi rumah, makanan serta peralatanannya. Nah, boro-boro sampai lokasi mau main-main, sampai ke lokasi yang harus dilakukan adalah survey tempat untuk mendirikan tenda dome sebagai rumah kita. Nah pada situasi seperti in biasanya saya akan mencari warung yang biasa digunakan untuk tempat nongkrong rakyat menengah ke bawah. Dengan harga yg miring sekali. Sekedar ngopi dan mulai menggali informasi. Biasanya warung semafam itu akan sedikit menjauh dari lokasi wisata. Jadi kudu siapkan fisik untuk mondar-mandir ya. Hal semacam ini disebut dengan sosped. Sosial Pedesaan. Dimana biasa saya gunakan saat saya melakukan kegiatana outdoor atau riset guna laporan ansosbud di sekitar kegiatan  saat masih menjadi anggota aktif di Mahipa.

Hasil speak2 di jalan nemu saudara baru 
Jangan khawatir jika merasa rakyat bawah yang tidak pernah mengenal sekolah. Takut tidak nyambung dan lain sebagainya. Jika Anda masih berfikiran demikian, berarti hidup Anda memang belum bahagia Kenapa belum bahagia ? Karena mind set Anda masih terkotakan dengan imajinasi terbatas. Saat ini masyarakat Indonesia meski dengan keminiman ekonomi, mereka sudah jauh lebih mengerti. Bahkan apa yang kita tidak tahu mereka sudah tahu. Mereka bukan bodoh, tapi mereka itu tidak seberuntung kita yang mendapatkan pendidikan formal dengan baik. Tugas kita sebagai orang yang lebih beruntung mulai menjalankan peran sebagai orang yang terdidik secara formalnya.

Hasil nongki2 sama bapak2 dapat tempat tinggal gratis selama seminggu.
Padahal biasanya juga nggak masalah tidur dalam tenda.
Tapi kalo ada yang lebih enak, kenapa ditolak ?

 Sering sekali saya nongkrong dengan bapak-bapak dan Ibu-ibu di warung maupun di jalanan. Jika berbicara tentang perkembangan politik, atau tokoh-tokoh politik Indonesia yang kala itu paling bagus atau paling kacau, mereka akan lebih mengerti dengan bekal pengalaman dan pengetahuan mereka yang mereka ikuti di televisi. Saya sendiri semakin tahu, mereka yang paham politik justru mereka yang saat ini berumur kisaran 60 an ke atas. Karena mereka menjadi saksi hidup sejarah di Negeri ini. Semakin muda umur mereka biasanya mereka semakin acuh dengan kondisi pergulatan politik di Negeri ini. Namun jangan khawatir, biasanya mereka akan update dengan gadget minimal facebook. Yang perlu kita ingat kita telah lama meninggalkan orde baru. Yang memenjarakan pengetahuan rakyat di Negerinya sendiri. Segala pengetahuan sudah bebas kita gali mulai dari surat kabar, majalah, televisi maupun internet. Semua berita diupdate secara terang-terangan. Jadi jangan khawatir akan kehabisan bahan bicara jika sedang nongkrong bareng dengan mereka. Yang perlu kita ingat, gunakan tutur bahasa yang sopan dan yang bisa dipahami oleh mereka.

Jamuan gratis, tempat tinggal gratis
Pringkuku Pacitan. Sepinter2 bermasyarakat saja
Seperti halnya kita bertemu dengan sesama pejalan. Secara otomatis akan merasa saling akrab karena hobby yang sama. Bedanya kita pendatang, dan target adalah orang setempat atau pendatang juga tapi sudah lama menetap. Kita hanya butuh menjalin keakraban dengan mereka. Dari perbincangan akrab tersebut, nanti akan membuka keakraban dengan mereka. Jika sudah begitu, mereka akan dengan senang hati memberi informasi dimana bisa mendirikan tenda sebagai tempat istirahat. Jika lebih beruntung mereka akan dengan senang hati memberikan tumpangan tempat tinggal kepada kita. Seperti yang saya alami saat berkegiatan di Pacitan dengan teman-teman Mahipa. Biasanya kaum marginal akan lebih menghargai mereka yang ramah dan rendah hati. Namun begitu, jika sudah dibaikin jangan lantas melupakan kebaikannya. Alangkah baiknya jika Anda sesekali terlibat dengan kegiatan sehari-harinya. Saya rasa tidak akan rugi menyisihkan sebagian waktu kita untuk menyatu dengan keluarga tersebut. Justru sebaliknya, kita akan mendapatkan pengetahuan baru tentang kehidupan. Bagaimana ? Berani melakukan tantangannya ?

Sabtu, 29 Agustus 2015

Jalan - Jalan Murah Part 1


Di group sosmed, teman kerja saya nyeletuk. “Lin, judul blog lo jalan-jalan murah tapi yang dibahas kok masalah nikah sih ?" Gubraaggg! Eeheem, itu yang dibuka cuma satu judul apa ya ?  Anyway Thanks banget sudah berkomentar seperti itu, yang pada akhirnya memberikan saya inspirasi baru untuk ditulis siang ini.  Nah, demikian saya akan menceritakan kenapa sih nama blog ini jalan-jalan murah. Pertama saya akan menceritakan bagaimana sih kita bisa jalan-jalan dengan budget murah. Oia, murahnya seseorang relatif lho ya. Pernah saya ketemu sama rombongan backpacker. Mereka mengatakan sewa penginapan per hari Rp 150.000 – Rp 200.000 itu murah banget dan itu masih di Jawa Timur – Jawa Tengah. Wah dalam hati saya, tidak bisa itu tidak murah. Karena jika saat itu kita akan melakukan perjalanan jauh akan bengkak disewa penginapan. Sayang banget kan? Nah trus bagaimana caranya ?

Hal pertama memang harus ada niat dulu. Setelah niat baru tekatnya. Kalau antara niat sama tekat sudah saling mecintai, maka tinggal go show saja kawan. Saya pribadi sering sekali melakukan perjalanan jauh menggunakan motor bebek kesayangan. Bahkan selama saya tinggal di Bojonegoro saya sering sekali bolak balik Ponorogo – Bojonegoro PP. Hampir tiap 2 minggu sekali. semasa kuliahpun Bapak saya juga tidak pernah melarang saya untuk melakukan perjalanan naik motor sendiri. Ke Malang, Yogya, Jombang, Mojokerto, Pacitan, dll kecuali ke Surabaya, yang kemudian diizinkan karena saya pindah kerja dan penempatannya di Surabaya. Dari sinilah yang pada akhirnya teman-teman sekelas saya memanggil saya cewek jadi-jadian. Bahkan dengan bekal Rp 300.000; saya bisa melakukan pendakian ke Gunung Semeru bersama 2 teman lainnya. Rp 300.000; untuk bertiga selama kurang lebih 5 hari perjalanan. Sebenarnya sama saja hasilnya. Siapa saja yang ingin jalan atau travelling dengan budget minim atau maksimal. Bedanya jika budget minim kudu siap ngegembel, dan kalu budget maksimal yaa everything is okay lah, tidak perlu capek dan juga tidak akan merasakan tidur di dalam tenda atau emperan toko. Dhanik seorang sahabat saya pernah saya tawari untuk dengan ala saya, namun dengan sabarnya langsung bilang “Suwun!” (Terimakasih!). Haha saya tertawa saja. Memang tidak akan semua orang melakukan perjalanan ala kami. Bukan lagi ala backpacker, namun lebih ke ala gembel tepatnya. Bahkan jika saya sedang melintas Madiun, saat perjalanan Bojonegoro – Ponorogo atau sebaliknya dengan berterika Dhanik akan bilang ke Ibuknya “Ibuuuk, Alin main kerumah lak seperti preman” whuaaaahahaha saya mah mesem-mesem saja sambil cipika cipiki sama emaknya (Meski dalam hati juga ngumpat sih, “walah semua kostum ini mau beli aja kudu nabung dulu, kadang juga dibantu sama Mas Pacar uangnya ditambahin. Eeeh dibilang preman, hehehe). Iyups, saat jalan jauh saya selalu berpakaian safe as climber. Jaket gunung, celana gunung, sepatu gunung serta ransel ukuran 40liter atau kadang yang kecil 18 liter.

Semua kostum itu memang untuk keselamatan saya pribadi. Dahulu setiap pendidikan, kami selalu ditekankan pada safety first, maka itu juga yang selalu saya prinsipkan. Jaket gunung yang biasa dalamnya terbuat dari shoftsel akan memberikan kita kenyamanan saat berkendara. Secara angina pasti akan kenceng sekali, sehingga tubuh kiat harus tetap hangat. Serta bahan luar jaket yang terbuat dari taslan waterproof sehingga angin tidak akan bisa tembus masuk ke tubuh kita. Ingat ini berkendara motor, jadi harus lebih hati-hati terutama kesehatan paru-paru kita. Sebenarnya pakai jaket rider juga bisa. Tapi kan saya perhitungan sekarang, sudah tidak seperti dulu lagi yang boros. Kalau boros terus lantas kapan saya ngumpulin duit buat kawin ?hehe.  Karena saya suka naik gunung juga, maka saya lebih memilih hemat saja, tiada rotan akarpun jadi. Toh manfaatnya lebih banyak. Hehe Dan selanjutnya saya menggunakan celana lapangan atau celana gunung. Celana gunung itu biasanya didesain dengan bahan yang quickdry. Sehingga hal ini akan memudahkan kita saat perjalanan. Selain longgar, ringan, jika kehujanan akan segera kering. Saya pribadi tidak begitu nyaman menggunakan celana bahan jeans saat perjalanan jauh dengan motor. Bagaimanapun guys, saat jalan jangan pernah melupakan faktor kenyamanan. Selanjutnya sepatu gunung guys atau bisa juga menggunakan safety shoes. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya lho ya. Seperti dahulu saya pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan jari telunjuk pada kaki saya retak. Itu karena saya melakukan perjalanan menggunakan sandal gunung. Sandalnya sih baik-baik saja sampai sekarang. Tapi bekas luka jahitan dan saraf telunjuk kaki saya sudah menjadi pelajaranlah. Selain itu, dengan menggunakan sepatu gunung kita akan lebih merasa percaya diri saat kaki kita akan menapak, dan tidak terlalu khawatir kenapa-kenapa saat berhenti. Oia untuk sepatu sayasarankan yang middle atau high. Jika menggunakan short shoes dan terjadi benturan, maka tidak ada yang akan mengamankan pergelangan kaki kita. Dan yang terakhir dan tidak boleh lupa adalah masker penutup mulut dan hidung. Saat dijalanan musuh kita itu adalah udara yang sudah sangat tercemar oleh asap knalpot. Pastinya kita ini pengi hidup sehat terus kan ? Dan kemudian usahakan selalu untuk olahraga, meski itu hanya jogging sepuluh menit. Tapi kalau memang ingin melakukan jalan dengan ala gembel sih saya sarankan jangan hanya jogging namun melakukan beberapa treatment yang kalau kami sering menyebutnya TC. Hal ini dilakukan agar tubuh kita terbiasa terlebih dahulu dengan kegiatan berat, sekalian mengendorkan otot-otot agar kita tidak merasa pegal-peegal setelah perjalanan. Juga melancarkan peredaran darah kita.  Jika itu semua sudah, saya akan merasa tenang saat melakukan perjalanan jauh.

Semkin banyak duit, maka semakin nyaman juga jalan-jalannya. Semakin sedikit duit maka semakin perjuangan juga jalan-jalannya. Tidak masalah mau pakai koper atau backpack jalan-jalan Anda. Mau pakai ala priyayi atau backpacker atau gembel tidak masalah. Yang jelas, jangan jadikan uang menjadi kendala kita untuk mencapai tujuan. Semua itu butuh perjuangan kawan! Ayo segera packing dan berangkatlah jangan ditunda lagi!

Nb : Karena jarang selfie jadi nggak punya foto. Menyusul saja ya...?

Jumat, 28 Agustus 2015

Pengemis Cerdas Ala MBK

Salah satu foto lukisan di musium MBK
MBK atau biasa juga dikenal sebagai Makam Bung Karno, tentunya bukan hal yang asing lagi bagi traveller. Revolusioner kita yang pernah membuat banyak Negara bergetar ketika mendengarkan pidatonya ini, telah disemayamkan di kota yang biasa disebut dengan kutho cilik Blitar. Saya tidak perlu menjelaskan lebih jauh lagi tentang MBK ini, sekali lagi informasi menuju kesana ataupun informasi tentang sejarahnya sudah sangat banyak dan tentunya dengan akses yang tidak sulit.

Tim TDI berpose dengan entertainer MBK
Di MBK, selain ada pasar traditional yang menyajikan berbagai pernak – pernik oleh-oleh khas Blitar, juga terdapat pengemis yang unik. Sebenarnya bukan hal yang baru bagi para traveller, namun ini adalah sesuatu yang menurut saya harus menjadi sebuah edukasi tersendiri bagi orang Indonesia. Sebuah keluarga yang pada saat itu terdiri dari seorang ayah, dua anak perempuan seusia SMP dan seorang anak laki-laki sekitar umur 7 tahun. Mereka membuat sebuah group musik dengan alat musik ritmis semacam gamelan. Gamelannya pun bukan gamelan ala-ala group musik besar, namun gamelan yang digunakan sangat sederhana. Yang terpenting alat-alat tersebut mampu menghasilkan sebuah musik ritmis yang kompak dan enak untuk didengar. Sang ayah memegang saroon yang terbuat dari bambu yang disusun rapi dengan beda ukuran,  sang putri 1 menyanyi dan putri 2 memegang kencringan yang terbuat dari tutup botol minuman seperti yang digunakan pengamen pada umumnya, serta seorang anak laki-laki menabuh gendang. Lagu yang dibawakan pun lagu-lagu jawa campursari. Sehingga memberikan suasana jawa yang penuh dengan kesederhanaan namun artistik.

Si Bapak dengan alat musiknya serta 2 putri dan 1 putranya
Dengan menaruh sebuah baskom di depan mereka, itu menandakan mereka telah memberikan sebuah hiburan dan berharap ada yang mau menghargainya. Meskipun mereka tidak memaksa untuk setiap orang datang atau melintas memberikan lembarannya ke dalam baskom, namun mereka tetap semangat untuk terus bernyanyi disaat setiap ada rombongan atau perorangan peziarah datang. Tidak terlepas dari apa yang dilakukan oleh rekan-rekan rombongan TDI (Taft Diesel Indonesia ). Seusai makan siang, mereka menuju keluarga seni tersebut yang sedang beristirahat. Sontak saja mereka langsung menabuh lagi gendang dan alat-alatnya agar menghasilkan bunyi-bunyian. Kala itu, si anak mulai mengeluarkan suaranya yang akhirnya aku sadari suaranya sangat bagus, apalagi jika ada binaan vocal, saya yakin dia akan menjadi seorang penyanyi yang hebat. Beberapa tim ada yang berjoged, dan sebagian besar mengabadikan aktivitas ini. Terlepas dari kegiatan tersebut, saya merujuk kepada Negara-negara yang berada di Eropa, bahwa hal semacam ini menjadi sebuah kegiatan yang positif dan mendapat apresiasi. Berbeda dengan Indonesia yang masih sangat kecil dalam menghargai sebuah kesenian. Sayang sekali kala itu saya tidak berkesempatan untuk mewawancarai keluarga tersebut, sehingga tidak bisa menggali banyak hal. Namun yang pasti, saya berharap nantinya mereka akan mendapatkan edukasi positif, sehingga kegiatan mereka tidak terkesan murahan dan diremehkan oleh masyarakat.

Patung yang seperti ini sudah tidak ditemui lagi
Foto ini saya ambil dari google
Mengingat para keluarga tersebut, saya juga teringat dengan patung manusia yang menjadi sebuah kesenian di MBK. Kala itu saya melihatnya di sebuah stasiun TV bahwa mereka berdandan ala patung pahlawan dan akan mematung selama berjam-jam. Dalam kesenian ini mereka juga berharap akan ada harga dari para pengunjung. Namun sayang sekali, ketika saya di MBK pada Juni 2015 ini, patung-patung tersebut tidak ada. Entah memang not perfect time, atau memang karena mereka tidak ada yang menghargai sehingga mereka lebih memilih profesi yang lain. Dari sini saya semakin sadar, bahwa masyarakat Indonesia masih sangat banyak yang belum melek terhadap pendidikan dan pengetahuan nasional maupun internasional. Mungkin mereka masih terlalu sibuk dengan keadaan ekonomi keluarga, sehingga kesehariannya terus terfokus pada membajak sawah dan membersihkan hama, tanpa harus merasa butuh pengetahuan lainnya. Begitu juga bagi yang sudah hidup enak dan mapan, tidak peduli dengan sekitar. Mereka hanya berfikir dengan memberi mereka uang itu cukup. Namun pada hakikatnya, yang dibutuhkan masyarakat adalah edukasi-edukasi yang bersifat non formal yang akan memberikan mereka pengetahuan lebih luas lagi dan menginspirasi kehidupannya. Dengan begitu mereka akan melakukan sebuah perubahan. Itu menurut saya. Lantas, apa menurut Anda  ?
JJMI
-CL-