Jumat, 18 Desember 2015

Maulid Nabi Muhammad SAW



             
Ilustrasi - Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Maulid_Nabi_Muhammad
                                
Maulid Nabi Muhammad Saw, adalah hari dimana Rasul Allah telah lahir di muka bumi. Bagi ummat Islam ini adalah salah satu hari besar yang selalu diselebrasikan. Memang tidak seheboh hari besar ‘idul Fitri atau ‘idul Adha pada setiap tahunnya. Namun dalam acara ini di beberapa tempat juga tidak kalah heboh lho. Sebagai wujud syukur terhadap Allah atas lahirnya rasulullah, berbagai acara dengan variatif dana akan dihelat sebagai wujud syukur. Sekaligus sebagai pengamalan prinsip orang jawa “mikul duwur mendhem jero” ( Angkat ke atas menanam ke dalam ) yang artinya kurang lebih mengangkat tinggi-tinggi (membanggakan) dan menanam dalam-dalam (merahasiakan) sedalam-dalamnya untuk hal-hal negative. Biasanya prinsip ini dimanfaatkan orang jawa dalam menjaga martabat keluarga. Begitupula yang dilaksanakan masyarakat jawa yang memang mayoritas penduduknya adalah ummat muslim dalam menyambut kegiatan mauled nabi.
Di kampung saya dan sekitarnya, selebrasi mauled nabi diadakan dengan sangat sederhana. Dimana masyarakat setiap KK akan memasak dengan masakan terbaiknya. Dan kemudian masakan tersebut akan dikumpulkan di rumah Pak RT dan akan dimakan bersama dengan cara membagi-bagi setiap masakan ke seluruh penghuni RT tersebut. Jadi setiap KK akan mendapatkan berbagai hasil karya tangan yang berbeda. Selebihnya makanan yang tidak termakan di lokasi akan dibawa pulang, dan bisa dinikmati oleh kaluarga. Tidak jauh beda dengan perayaan di kota. Mereka mengumpulkan dana untuk iuran mengadakan pengajian bersama yang dipanitiai oleh pengurus masjid.
Bebeda pula dengan kecamatan Pacet Kota Mojokerto. Masyarakatnya akan memasak lebih banyak dihari yang berbeda-beda. Dimana setiap Kepala Keluarga akan diberi tugas memasak sejumlah KK RT tersebut dan membagikan ke setiap rumahnya. Hal tersebut berlangsung selama bulan Rabi’ul awal dan akan berpuncak di hari kelahiran Rasulullah di tanggal 12 nya dengan kegiatan pengajian. Semua masyarakat akan berpesta selama itu. Aneka ragam masakan jawa dan kue-kue akan dibuat dan dibagikan secara merata ke setiap warga. Sebagai warga yang tinggal di daerah pedesaan, masyarakat disana tradisi gotong royong juga masih sangat kental. Sehingga ummat non muslim yang menjadi minoritaspun ikut serta merayakan hari tersebut dengan mengikuti tradisi masyarakat setempat.
Begitu juga yang lebih ramai adalah Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Disana mayoritas masyarakat selain bekerja sebagai petani, sebagian besar lainnya adalah pekerja kasar di pembangunan infrastruktur eksplorasi minyak Exxon Mobil. Masyarakat disana membuat kegiatan pengajian dengan menghadirkan kiyai terkenal untuk memberikan ceramah. Masyarakat akan berlomba membuat kegiatan semeriah mungkin per desa. Setiap Kepala Keluarga akan diberi tugas untuk membuat masakan dan jajanan yang kemudian dikemas dalam 10 tas belanja dengan isi sama. Jenis tas belanjanya biasanya akan dibagi menjadi 3 – 4 jenis yang berbeda. Hal tersebut tergantung dengan kondisi keuangan keluaga. Biasaya jika hari sudah medekati hari H Maulud Nabi, para perempuan akan berbelanja kebutuhan mencapai 2jt rupiah per Kepala Keluarga type A, dan 1,5jt type B, 1jt type C dan terus kebawah. Sedangkan para pemuda dan bapak-bapak akan sibuk dengan persiapan pengajian.
Masyarakat yang diundang ke acara pengajian tidak hanya masyarakat setempat saja, namun setiap Kepala Keluarga akan menyerahkan nama-nama kerabatnya yang bertempat tinggal di luar desa penyelenggara ke panitia untuk mendapatkan undangan pegajian. dengan demikian akan ada banyak kerabat yang datang ke pengajian di desa tersebut yang akan memeriahkan acaranya. Sehingga makanan-makanan yang telah dibuat akan terbagi secara merata ke masyarakat lebih luas lagi. Saya sangat merasa terkesan dengan semangat mereka dalam bergotong royong tersebut. Memellihara tradisi dan juga menjunjung tinggi rasul mereka. Pernah saya iseng bertanya kepada salah satu warga. Saya melihatnya, beliau adalah seorang janda muda dengan 2 orang anak yang masih sekolah. Saya berfikir betapa kesulitannya beliau menghadapi kondisi tersebut. Namun luar biasa yang beliau tuturkan. Beliau sangat percaya bahwa apa yang dilakukan itu sangat luar biasa buat rasulullah bahkan tidak sebanding dengan perjuanganya. Tidak ada rasa keberatan atau menganggapnya sebagai beban hidupnya. Bahkan beliau merasa rizki selalu datang dengan mudah saat beliau sering berbagi. Dan menurut pengamatan sependek pengalaman perjalanan saya, di kota inilah kegiatan Maulid nabi yang paling meriah.
Berbeda pula dengan masyarakat yang lebih modern. Katakanlah di kota besar seperti Yogyakarta dan Solo. Dimana sudah ada banyak masyarakat madani dengan pemikiran yang lebih kritis terhadap kegiatannya. Biasanya mereka adalah para pelaku Islam taat sesuai dengan ajaran kitab dan sunnahnya. Mereka akan mengadakan kegiatan mauled nabi dengan sangat sederhana dan cukup memperbanyak sholawat untuk mensyukuri kelahiran nabi SAW.
Saya sendiri tidak menutup mata tentang fenomena agama Islam ini. Apalagi melihat sejarah Islam masuk di Indonesia tidaklah mudah. Banyak hal yang ditempuh termasuk penetrasi budaya ke agama. Karena masyarakat Indonesia dahulunya mayoritas penganut agama Hindu dan Budha jadi tidak heran banyak ditemui tradisinya yang dibawa ke pelaksanaan ibadah di Islam. Namun, hal tersebut tidak hanya pada Islam saja, namun juga ke agama Kristen yang merupakan agama ke dua terbesar penganutnya setelah Islam.
Di pulau jawa sendiri yang sebenarnya tidak terlalu luas daerahnya, hanya sekitar 126.700 km2 memiliki keanakaramagaman budaya yang sama tapi beda, bahasa yang sama tapi beda dialeknya, tradisi yang sama tapi beda caranya dan lain sebaginya. Dan ini yang semakin membuat saya bangga dan terus berharap bisa terus berkeliling Negeri ini meski dengan gaya kura-kura saya.
Demikian salam kura-kura! J


Selasa, 15 Desember 2015

Tuban

My first impression for Tuban


Lokasi pegunungan kapur yang sangat gersang. Namun begitu saya masih juga menemui beberapa hutan yang lumayan luas dan juga rindang. Penambangan kapur yang saya tidak ketahui hukum penambangannya legal atau ilegal terjadi dimana-mana. Padasan putih itu terlihat menjulang indah tapi sayangnya mulai 'kroak" karena penambangan.
Para ibu-ibu terlihat lalu lalang di sepanjang jalan, aku tengoki jam telah menunjuk pada 04.00 PM. Dengan 'pakaian dinas harian' berikut dengan caping yang melekat di kepala, saya menebak-nebak tentunya mereka baru pulang berjuang membantu perekonomian keluarga suami-suami mereka. Betapa ikhlas dan giatnya mereka melakukan itu. Melihat kelelahan di wajah dan juga "pdh" yang dikenakan saya mulai menebak lagi, mungkin mereka bekerja menjadi buruh di sektor pertanian ataupun mereka telah bekerja di pertambangan kapur tersebut. Saya rasai keduanya ada benarnya. Sebagian di sektor pertanian, sebagaian di penambangan kapur.
Beberapa kali saya lalui beberapa bangunan seperti pabrik yang mengelola kapur tersbut berdiri dengan sederhana di pinggir jalan. Sebagaian lain, banyak sekali truk-truk lalu lalang yang mengangkut kapur-kapur tersebut. Untuk jalan pedesaan di daerah sepanjang Desa. Plumpang, Kecamatan Plumpang sampai ke Ds. Cindoro Kec. Palang Tuban, tidak bisa disebut sebagai pedesaan biasa. Namun pada kenyataannya mereka tetap menjadi desa yang masih tertinggal, meski kapur menjadi salah satu kekayaan besar yang mereka miliki.
Tidak cukup demikian, saya pun telah sedikit mendapat informasi bahwa daerah tersebut juga memiliki kekayaan minyak yang belum terjamah oleh investor Luar. Dilain sisi Tuban juga memiliki pantai laut utara yang indah. Ini yang tentunya akan menjadi PR saya untuk mengeksplorasinya.
Sekilas kesan saya tentang Tuban, sayangnya baru sekali dan hanya beberapa menit saja, begitu saya hanya mengenal jalannya. Sisi lain, Maghrib mulai saya tinggalkan Tuban, dan saya tahu kenapa saya rasakan adem saat masuk ke wilayah mereka, Masjid-masjid mereka terbangun dengan sangat Indah meski rumah-rumah mereka belum demikian, dan lebih dari pada itu, jama'ahnya sangat memuaskan meski ini bukanlah Ramadhan yang biasanya menjadi euforia masjid selalu penuh dengan jama'ah.