Maulid
Nabi Muhammad Saw, adalah hari dimana Rasul Allah telah lahir di muka bumi.
Bagi ummat Islam ini adalah salah satu hari besar yang selalu diselebrasikan.
Memang tidak seheboh hari besar ‘idul Fitri atau ‘idul Adha pada setiap
tahunnya. Namun dalam acara ini di beberapa tempat juga tidak kalah heboh lho.
Sebagai wujud syukur terhadap Allah atas lahirnya rasulullah, berbagai acara
dengan variatif dana akan dihelat sebagai wujud syukur. Sekaligus sebagai
pengamalan prinsip orang jawa “mikul
duwur mendhem jero” ( Angkat ke atas menanam ke dalam ) yang artinya kurang
lebih mengangkat tinggi-tinggi (membanggakan) dan menanam dalam-dalam
(merahasiakan) sedalam-dalamnya untuk hal-hal negative. Biasanya prinsip ini
dimanfaatkan orang jawa dalam menjaga martabat keluarga. Begitupula yang
dilaksanakan masyarakat jawa yang memang mayoritas penduduknya adalah ummat
muslim dalam menyambut kegiatan mauled nabi.
Di
kampung saya dan sekitarnya, selebrasi mauled nabi diadakan dengan sangat sederhana.
Dimana masyarakat setiap KK akan memasak dengan masakan terbaiknya. Dan
kemudian masakan tersebut akan dikumpulkan di rumah Pak RT dan akan dimakan
bersama dengan cara membagi-bagi setiap masakan ke seluruh penghuni RT
tersebut. Jadi setiap KK akan mendapatkan berbagai hasil karya tangan yang
berbeda. Selebihnya makanan yang tidak termakan di lokasi akan dibawa pulang,
dan bisa dinikmati oleh kaluarga. Tidak jauh beda dengan perayaan di kota.
Mereka mengumpulkan dana untuk iuran mengadakan pengajian bersama yang
dipanitiai oleh pengurus masjid.
Bebeda
pula dengan kecamatan Pacet Kota Mojokerto. Masyarakatnya akan memasak lebih
banyak dihari yang berbeda-beda. Dimana setiap Kepala Keluarga akan diberi
tugas memasak sejumlah KK RT tersebut dan membagikan ke setiap rumahnya. Hal
tersebut berlangsung selama bulan Rabi’ul awal dan akan berpuncak di hari
kelahiran Rasulullah di tanggal 12 nya dengan kegiatan pengajian. Semua
masyarakat akan berpesta selama itu. Aneka ragam masakan jawa dan kue-kue akan dibuat
dan dibagikan secara merata ke setiap warga. Sebagai warga yang tinggal di
daerah pedesaan, masyarakat disana tradisi gotong royong juga masih sangat
kental. Sehingga ummat non muslim yang menjadi minoritaspun ikut serta
merayakan hari tersebut dengan mengikuti tradisi masyarakat setempat.
Begitu
juga yang lebih ramai adalah Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro. Disana
mayoritas masyarakat selain bekerja sebagai petani, sebagian besar lainnya
adalah pekerja kasar di pembangunan infrastruktur eksplorasi minyak Exxon
Mobil. Masyarakat disana membuat kegiatan pengajian dengan menghadirkan kiyai
terkenal untuk memberikan ceramah. Masyarakat akan berlomba membuat kegiatan
semeriah mungkin per desa. Setiap Kepala Keluarga akan diberi tugas untuk
membuat masakan dan jajanan yang kemudian dikemas dalam 10 tas belanja dengan
isi sama. Jenis tas belanjanya biasanya akan dibagi menjadi 3 – 4 jenis yang
berbeda. Hal tersebut tergantung dengan kondisi keuangan keluaga. Biasaya jika
hari sudah medekati hari H Maulud Nabi, para perempuan akan berbelanja
kebutuhan mencapai 2jt rupiah per Kepala Keluarga type A, dan 1,5jt type B, 1jt
type C dan terus kebawah. Sedangkan para pemuda dan bapak-bapak akan sibuk
dengan persiapan pengajian.
Masyarakat
yang diundang ke acara pengajian tidak hanya masyarakat setempat saja, namun
setiap Kepala Keluarga akan menyerahkan nama-nama kerabatnya yang bertempat
tinggal di luar desa penyelenggara ke panitia untuk mendapatkan undangan
pegajian. dengan demikian akan ada banyak kerabat yang datang ke pengajian di
desa tersebut yang akan memeriahkan acaranya. Sehingga makanan-makanan yang
telah dibuat akan terbagi secara merata ke masyarakat lebih luas lagi. Saya
sangat merasa terkesan dengan semangat mereka dalam bergotong royong tersebut.
Memellihara tradisi dan juga menjunjung tinggi rasul mereka. Pernah saya iseng
bertanya kepada salah satu warga. Saya melihatnya, beliau adalah seorang janda
muda dengan 2 orang anak yang masih sekolah. Saya berfikir betapa kesulitannya
beliau menghadapi kondisi tersebut. Namun luar biasa yang beliau tuturkan.
Beliau sangat percaya bahwa apa yang dilakukan itu sangat luar biasa buat
rasulullah bahkan tidak sebanding dengan perjuanganya. Tidak ada rasa keberatan
atau menganggapnya sebagai beban hidupnya. Bahkan beliau merasa rizki selalu
datang dengan mudah saat beliau sering berbagi. Dan menurut pengamatan sependek
pengalaman perjalanan saya, di kota inilah kegiatan Maulid nabi yang paling
meriah.
Berbeda
pula dengan masyarakat yang lebih modern. Katakanlah di kota besar seperti
Yogyakarta dan Solo. Dimana sudah ada banyak masyarakat madani dengan pemikiran
yang lebih kritis terhadap kegiatannya. Biasanya mereka adalah para pelaku
Islam taat sesuai dengan ajaran kitab dan sunnahnya. Mereka akan mengadakan kegiatan
mauled nabi dengan sangat sederhana dan cukup memperbanyak sholawat untuk
mensyukuri kelahiran nabi SAW.
Saya
sendiri tidak menutup mata tentang fenomena agama Islam ini. Apalagi melihat
sejarah Islam masuk di Indonesia tidaklah mudah. Banyak hal yang ditempuh termasuk
penetrasi budaya ke agama. Karena masyarakat Indonesia dahulunya mayoritas
penganut agama Hindu dan Budha jadi tidak heran banyak ditemui tradisinya yang
dibawa ke pelaksanaan ibadah di Islam. Namun, hal tersebut tidak hanya pada
Islam saja, namun juga ke agama Kristen yang merupakan agama ke dua terbesar
penganutnya setelah Islam.
Di
pulau jawa sendiri yang sebenarnya tidak terlalu luas daerahnya, hanya sekitar
126.700 km2 memiliki keanakaramagaman budaya yang sama tapi beda,
bahasa yang sama tapi beda dialeknya, tradisi yang sama tapi beda caranya dan
lain sebaginya. Dan ini yang semakin membuat saya bangga dan terus berharap
bisa terus berkeliling Negeri ini meski dengan gaya kura-kura saya.
Demikian
salam kura-kura! J