Senin, 10 Agustus 2015

Sepatu di Pulau Kates




Saking suburnya hutan ini masih kaya akan pohon yang menjulang dan big size
Jalan kering di tengah hutan itu, kemudian menjadi becek akibat kubangan air yang dilewati berkali-kali oleh 34 mobil jeep. Kanan kiri jalan masih sangat lebat oleh pohon singkong, tanaman khas di wikayah lahan kering. Namun, tidak sekering di Pacitan karena masih sangat terlihat subur, pohon-pohon menjulang tinggi di belakang pepohonan singkong tersebut. Masih sangat lebat dan terlihat subur. Tanaman khas penghuni kawasan karst. Saya kurang begitu faham, karst jenis apa, namun secara sederhana saya merasa ada perbedaan dengan kawasan karst yang ada di pegunungan sewu Pacitan yang lebih kering dan tandus.

Karang Sepatu di Pantai Pulau Kates
Hampir 2 jam kami berjalan dari meeting point team TDI (Taft Diesel Indonesia ) di Bendungan Lahor Malang. Dan saat itu kami telah sampai di sebuah pantai yang indah dan kemudian saya tahu itu adalah Pantai Pulau Kates. Panjang pantai tersebut sekitar 250 meter dan terdapat sebuah karang yang mirip dengan sepatu di tengahnya. Di sepanjang bibir pantai ini sekitar 80 meter diantaranya adalah batuan yang menyambungkan ke karang yang menjulang di sebelah kanannya. Sebagai dinding pemisah antara pantai Pulau Kates ke Pantai sebelahnya. Entah saya pribadi belum mengetahui pantai di sebelahnya. Kemudian sebelah kiri terdapat pasir yang memanjang sampai ke ujung pantai juga terdapat tebing karang sebagai pemisah terhadap pantai berikutnya. Jika biasanya pantai yang khas dengan suasana panasnya, maka yang terjadi disini adalah sebaliknya. Mungkin akibat dari suasana sejuk kota Malang yang memang terdapat pada dataran tinggi dan juga kekayaan alam dan gunungnya serta tanahnya yang subur. Berbeda sekali dengan pantai-pantai yang pernah saya kunjungi sebelumnya. 


Sayangnya hampir telat moment
Sebagai pantai yang indah, pantai Pulau Kates masih sepi dari pengunjung. Terlihat kami tidak berpapasan sama pengunjung lain, selain dari kami sendiri. Mungkin karena akses jalanlah, para pengunjung berhenti dan mengurungkan jalan untuk sampai ke lokasi ini. Meski saat kami berangkat kami menemui serombongan pemuda “Nekat” yang melintasi jalanan yang sangat beresiko tinggi terhadap kendaraan mereka. Apalagi kendaraan tersebut adalah kendaraan roda dua. Sudah pasti harus disediakan budget tersendiri untuk mereparasi motor-motor tersebut sepulang dari liburan disana.

Melihat hal tersebut jujur dari saya, saya sangat menikmatinya. Menikmati jika tidak semua orang bisa datang kesana. Karena dengan begitu alam ini tidak akan cepat rusak akibat tangan-tangan tidak bertanggung jawab manusia. Apalagi lokasinya sangat jauh dari pemukiman warga, maka tidak akan ada orang yang bisa menjadi control disana. Sehingga jika tidak mampu memberi perawatan, maka biarkan saja seperti itu apa adanya. Namun, saya juga tidak mau egois menikmati mereka sendirian. Jika akan ada yang ingin melakukan perjalanan kesana, saya tidak melarang. Namun siapkan segala peralatan secara memadai dan cukup safety. Jalanan menuju kesana selain masih off road juga banyak tanjakan dan turunan. Disarankan menggunakan mobil jenis jeep atau motor jenis trail. Namun sekali lagi, Anda datang untuk berlibur bukan untuk merusak, bawa kembali sampah Anda meski itu hanya cuilan bungkus permen atau putung rokok. Selamat berpetualang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar